Rabu, 13 Oktober 2010

ila Turis Aussie Rindu Sheppard Pie

Bali - Pertama kali mengenal Cafe Moka, lebih dari 10 tahun yang lalu, saya menganggapnya sebagai salah satu patisserie francaise yang terbaik di Bali. Gerainya yang kecil di bilangan Seminyak menyajikan berbagai pastries kesukaan saya, seperti: quiche lorraine, opera, tiramisu, choco mousse, black forest, lemon taart, dan lain-lain. Bahkan almond croissant-nya hingga kini masih saya akui sebagai yang terbaik di Bali, dan selalu pula membuat saya rindu kembali ke Cafe Moka.

Karena Cafe Moka berada di kawasan yang menjadi hunian banyak orang Australia, toko kue ini pun kemudian menangkap peluang dengan membuat sheppard's pie - sering juga disebut sebagai sheppard's pie. Ini adalah pie daging kesukaan orang Australia. Bukan penyimpangan besar bagi Cafe Moka yang mencuatkan kesan Prancis. Soalnya, orang Prancis juga mengenal pie daging ini dengan nama hachis parmentier.

Sheppard's pie mungkin bisa disamakan dengan pastel tutup yang kita warisi dari resep nyonya-nyonya Belanda di masa lalu. Ini setidaknya membuktikan bahwa makanan ini memang berasal dari Eropa. Sheppard's pie populer di Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan juga Australia. Sama populernya dengan hachis parmentier di Prancis. Versi haute cuisine dari hachis parmentier disajikan individual dalam kulit kentang - bukan sebagai casserole dish yang lebih bercitra sebagai masakan rumahan.

Sheppard's pie dibuat dalam casserole berbentuk loaf, terbuat dari kentang, daging cincang, dan berbagai sayuran, seperti: wortel, kacang polong, dan lain-lain. Dagingnya kebanyakan adalah sapi. Di Inggris, sheppard's pie sering dibuat dari daging domba. Tetapi, sisa daging kalkun panggang pun dapat diolah kembali menjadi sheppard’s pie yang lezat.

Maka, semakin bersinarlah Cafe Moka di Seminyak. Gerainya semakin banyak dikunjungi turis Australia yang merindukan pie daging seperti di negeri asalnya. Cafe Moka pun harus meluaskan gerainya. Bukan saja harus diperluas, tetapi juga mulai menyediakan tempat duduk agar para tamu dapat menikmati kue-kue yang dibelinya di tempat.

Perkembangan berikutnya mudah ditebak. Karena semakin banyak tamu yang duduk di toko kue ini, maka menu-nya pun harus diperluas. Tidak lagi sekadar kue dan pie, tetapi juga makanan yang termasuk kategori main course.

Sekarang, Cafe Moka sebenarnya tidak lagi tepat disebut sebagai kafe, karena sudah memenuhi syarat menjadi restoran. Tetapi, main course-nya masih sebatas burger, sandwiches (Rp 45-59 ribu), lasagna (Rp 34 ribu), beef fajitas (Rp 63 ribu), berbagai pasta (Rp 41-56 ribu), dan berbagai sajian ikan (Rp 49-57 ribu).

Cafe Moka kini juga hadir di tiga lokasi lain di Bali, yaitu Ubud (0361 972881), Uluwatu (0361 7805938), dan Canggu (0361 8445933). Karakteristik Cafe Moka yang santai dan informal ini tampaknya memang sangat menyatu dengan Bali. Kapan hadir di Jakarta, ya? (detikfood)
pizza hut, sandwich, burger

Tidak ada komentar:

Posting Komentar