Seorang pelayan membawakan sebuah piring saji berisi pisang dengan saus karamel. Di atas meja, si pelayan menyiram sajian dessert itu dengan butterscotch (alkohol) dan menyulutkan api. Whuuuzz... api menyala di atas piring saji.
Pelayan itu kemudian memercikkan bubuk cinnamon alias kayu manis ke dalam kobaran api, sehingga menghasilkan percikan api kecil. Tak sampai semenit, kobaran api itu luruh. Pelayan itu lalu menyiram pisang dengan saus cokelat dan hidangan siap dicicipi.
Inilah atraksi Flambe untuk menu Bananatoff yang diperagakan di Patisserie Francois, Plaza Indonesia, Kamis pekan lalu.
Flambe berasal dari kata flamber, yang dalam bahasa Prancis berarti menyala. Teknik memasak Flambe dengan menambahkan alkohol untuk menciptakan kobaran api ini biasanya digunakan untuk visualisasi dalam persiapan makanan. Walaupun teknik ini sudah populer di kalangan bangsa Moors pada abad ke-14, teknik ini baru populer pada akhir abad ke-19 di Prancis.
Bananatoff dengan atraksi Flambe adalah salah satu menu andalan Patisserie Francois, kafe kecil yang menawarkan kue ala Prancis di sudut Plaza Indonesia, Jakarta Pusat. Tidak berada di sebuah ruangan, kafe ini terletak di sudut kecil dekat lobby eskalator barat dengan jajaran meja, kursi, dan sofa di sekelilingnya.
"Konsepnya memang kafe terbuka untuk santai, ngobrol, dan makan," kata Pascal Lesmana, pemilik Patisserie Francois. Karena menyediakan akses Internet Wi-Fi gratis, pengunjung boleh memilih: makan di tempat sambil berselancar di dunia maya atau membawa pulang makanannya.
Nama Patisserie Francois mungkin baru terdengar, tetapi sebenarnya toko kue ini telah berdiri sejak 1973. Ibu Pascal, Ine Lesmana, mulanya menyediakan jasa katering untuk kue-kue Prancis.
Setelah Pascal menyelesaikan studi diplomanya di Art Institute of Seattle, Amerika Serikat, dan International College of Tourism and Hotel Management, Australia, usaha ini dikelola menjadi lebih serius. Dengan bantuan sang kakak, Francois, Pascal membuka gerai patisserie di Pacific Place, Jakarta Selatan, dua tahun lalu, dan kini di Plaza Indonesia.
Selain menu Bananatoff, kafe ini terkenal dengan petit fours (dalam bahasa Prancis berarti kue kecil). Jenis kue ini mulai populer pada abad ke-18 sebagai teman minum kopi atau teh di Prancis. Ada lebih dari 200 jenis petit fours yang ditawarkan.
Selain itu, kue lokal tradisional semacam lemper, serabi, wajik, dan risoles juga tersedia. "Di awal usaha katering--sewaktu belum memiliki gerai--justru petit fours dan kue tradisional yang menjadi andalan," ujar Pascal. Aneka teh, kopi, dan minuman jus dingin juga tersedia menemani kue-kue kecil ini.
Cold dessert dan frozen dessert (froyo) bisa jadi pilihan untuk rasa yang lebih segar. Fromelletes misalnya. Cold desser ini terdiri atas cake, peach, dan stroberi dengan yoghurt dingin yang disiram saus karamel.
Tak seperti yoghurt lainnya, yoghurt yang tersedia berasal dari susu racikan sendiri. Patisserie Francois juga menyediakan makanan seperti spaghetti, macaroni schotel, fettuccini, atau lasagna bagi yang ingin makan berat.
Soal harga, kafe Prancis ini cukup bersaing untuk urusan kantong. Untuk petit fours, harganya berkisar Rp 6.500 per buah. Adapun untuk Flambe, cold dessert, dan makanan berat, harganya bermain di kisaran angka Rp 30 ribu. Meskipun tempat, rasa, serta harganya cukup menarik, sayangnya kadar lemak dan gulanya belum ditakar secara khusus.
Sumber : tempointeraktif
sandwich, burger, pizza hut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar