Senin, 11 Oktober 2010

Munik Restoran

Enak rasanya setelah pulang kerja jika makan-makan dulu, apalagi setelah gajian. Pulang menuju ke rumah di daerah Matraman, ada beberapa tempat makan yang berada di sederet Gramedia Matraman. Mungkin ada yang udah pernah dengar bakso Bang Eric yang sekarang ada suatu rumah (tidak lagi berupa tenda di depat Gramedia). Tapi kita tidak mengarah ke situ. Sasaran awal adalah tempat makan Ampera namanya, dengan bannernya dapat diketahui Ampera ada di beberapa tempat seperti di daerah Bandung dan Bandara Soekarno Hatta, selain itu saya juga pernah melihatnya jika mau ke arah Pemuda - Pulo Gadung.

Waktu kami datang, dilihat dari depannya, ada sekitar 3 bis yang parkir di depannya. Dan ternyata kami memang belum jodoh ke Ampera. Begitu masuk di depannya. Makanannya sebagian besar sudah habis hik3x... Karena pengunjung saat itu adalah rombongan dari bis-bis yang parkir di depan. Pantas saja sudah habis. Dilihat sekitar ruangannya cukup besar dan bernuansa Sunda, makanannya pun juga sepertinya masakan Indonesia khususnya Sunda. Jadi saya tidak bisa mereview lebih jauh lagi, mungkin di gajian selanjutnya, lho

Tidak hanya Bakso Eric dan Ampera, ada tempat makan namanya Munik Restoran. Alamat tepatnya di Jl. Matraman Raya No. 80-82 Jakarta Timur. Dulunya adalah Bank. Dan di depan kawasan masuk Bearlan. Terlihat di depan area parkirnya waktu itu juga banyak mobil dan motor yang parkir. Di depan juga ada informasi jam buka restoran ini yaitu dari 11 siang - 3 sore dilanjutkan lagi jam 5 sore - 10 malam. Aduh jangan sampe habis lagi nih. Ketika masuk kami kira akan terlihat ramai pengunjungnya, ternyata hanya beberapa di lantai bawah. Terdengar suara ramai dari lantai atas, seperti ada acara kumpul-kumpul karyawan perusahaan yang diselingi dengan nyanyi-nyanyi dan karaoke. Bagi kami agak cukup menganggu yang berada di lantai satu.



Di lantai 1 suasananya moderen minimalis dan di samping tangga ke lantai dua terdapat etalase dipajang bumbu-bumbu Munik. Ternyata Munik Restoran ini awalnya adalah dari penjualan bumbu masakan bermerek Munik ini. Sudah dari tahun 1993. Dan kami pun bisa membeli bumbu tersebut. Di samping etalase tersebut ada bagian seperti dapur kosong, belum terpakai, namun terlihat kertas bertulisan cooking class, serta terdapat kios kecil terdapat barang elektronik dan perlengkapan dapur dengan masing-masing barang tersebut terdapat label poin.

Dapat informasi dari pelayan Munik bahwa pengunjung dapat mengumpulkan perpoin setiap pembelian makanan sebesar Rp. 30.000, mulai dihitung dari kunjungan kedua. Karena ini adalah kunjungan pertama kami, maka kami diberikan form untuk diisi baik untuk saran kritik dan data pribadi. Ehm... makin seruuuu.

Masuk agak dalam di lantai satu ini ada bagian bernuansa natural, dipisahkan dari nuansa yang moderen dengan dinding kaca. Di area yang bernuansa natural ini berada di area yang agak terbuka, dimana terdapat 4 saung lesehan dan garden area, dilengkapi dengan standing bar bagian minuman. Di area saung dan garden area ini sepertinya cocok untuk dinner.

Di brosur mereka terdapat informasi kalao mereka juga menyediakan pesan antar untuk nasi box, tumpeng, catering, area restoran difasilitasi dengan wifi, 4 ruang VIP, dining hall, 2 ruang karaoke. Dilengkapi juga dengan perlengkapan meeting dan acara seperti wedding, sound system, layer proyektor, dan papan kaca.

Karena kami juga sudah ditunggu oleh Pelayannya ingin duduk di mana maka kami pun memilih duduk di nuansa moderen dulu. Di area moderen ini kami menemukan tempat wastafel dan toilet.

Setelah menentukan tempat duduk kami diberikan menu. Jika melihat isi menu dan harga makananya, tidak sebanding dengan buku menunya yang tidak terlihat rapi karna laminating bukunya terkelupas, mungkin karena basah.

Menu yang disajikan ada kol nenek, tahu isi, sayur asam, sop buntut, beberapa menu ikan patin, ikan nila, ikan gurame, ikan mas, gulai kepala ikan, hidangan seafood seperti udang dan cumi, ayam, bebek goreng ala Surabaya, sayuran seperti tumis kangkung, tumis brokoli, tauge cah ikan asin, sambal dan lalapan, hidangan asia seperti udang, kerang tahu, lumpia, salad, hidangan berkuah seperti tomyam, sup jagung daging kepiting, asian seafood, daging sapi, ayam, sayuran, mie dan nasi goreng. Untuk minuman ada beberapa jenis es, jus serta ada penutup seperti buah dan pudding.

Selain menu-menu tersebut ada paket untuk berempat dan berenam orang, maaf saya tidak hapal untuk menu-menunya apa saja di paket tersebut.

Agak-agak miris juga nih melihat harganya yang cukup tinggi. Seperti tahu isi yang hanya diberi 4 tahu, mungkin ukurannya cukup besar. Lalu ayam goreng kampung berharga Rp. 23.000. Nasi putihnya pun seharga Rp. 6.000. Terlihat di buku menunya harga makanan yang paling tinggi adalah sekitar Rp. 60an ribu. Harga minuman seperti Es Kabayan sekitar Rp. 20an ribu ke atas. Total yang kami pesan adalah sekitar Rp. 170an ribu dengan menu yang akan kami sampaikan selanjutnya. Tapi apakah harga setara dengan porsi dan rasanya?

Menurut kami mendekati setara. Kami pesan dua nasi putih, 2 porsi kangkung balacan, ayam bakar, ayam goreng kampung asli, sambal terasi dan 2 porsi sayur asam. Dengan minumannya Es kabayan satu (bisa untuk berdua), dan es lemon tea.

Pertama kami diberikan Es Kabayan dengan gelas tinggi, dihiasi di dalamnya ada stroberi, mangga, melon, dan buah-buah lainnya dengan kuahnya markisa. Pas sekali perpaduan buah-buah yang ada dengan kuah markisanya. Es lemon tea yang disajikan pada gelas yang lebih gemuk dan pendek dari gelas es kabayan, dilengkapi dengan setangkai sirih dan lemon serta diberikan juga dua teapot kecil untuk gula.

Kemudian keluarlah nasi dan ternyata nasinya banyak porsinya diletakan dalam satu mangkuk yang besar, bisa dibilang kami bisa tambah 2 piring perorangnya.. Kami juga diberikan sendok, garpu, tissue yang dibungkus kertas biru berlogo Munik. Datanglah pesanan selanjutnya yaitu kangkung balacan. Awalnya kami hanya pesan satu piring, tapi entah apakah karena kami suka rasanya atau porsinya yang kurang, kami memesan lagi satu piring. Pastinya kami suka sekali rasa terasinya, pas sekali rasa gurih dan juga pedasnya. Hingga kami pun membeli bumbu tumis kangkung Munik he3x... Lalu datang ayam goreng kampung, memang sih ayam kampung itu kecil, tapi dagingnya empuk dan ada rasa kunyitnya yang pas, dan tidak digoreng terlalu kering. Untuk ayam bakar, bumbunya pas dengan kunyit dan kecapnya. Sepertinya dibakarnya juga tidak terlalu kering atau mungkin ayamnya dilapisi bumbunya lagi setelah ayam dibakar. Dan terakhir adalah sayur asam dan sambal terasi. Wow sambalnya yang diblend agak kasar... pas pedasnya dengan rasa terasinya, terasinya tidak terlalu mencolok, tidak terlalu pedas nyelekit. Dilengkapi dengan limo. Porsinya sepertinya cukup untuk dua orang, dalam satu cobek batu kecil. Dan sayur asam menurut kami pas rasa asamnya dan kurang pedas, dan isi perporsi mangkuknya juga lumayan banyak, bolehlah untuk satu atau dua orang. Isi sayur asamnya juga standar seperti sayur asam biasanya.

Namun sayangnya penyajian sayur asam ini kurang, karena kami melihat tumpahan kuahnya di wadah mangkuk sayur asam ini. Secara garis besar peralatan makan seperti mangkuk dan piring yang digunakan bernuansa putih. Sehingga menambah kesannya yang moderen dan minimalis sekali dengan hiasan makanannya hanya tomat, ketimun serta kertas putih hiasan kue pada sajian makanan yang kami pesan.

Pelayananya cukup memuaskan, pada saat memberikan penjelasan kepada kami yang kepingin tahu. Hanya saja kami tidak menemukan pelayan khusus yang menjaga di dekat pintu masuk restoran ini untuk mengucapkan selamat datang pada saat datang ataupun terimakasih pada saat kami keluar.

Pengin kembali rasanya makan di sana untuk merasakan rasa makanannya yang mantab... I love kangkung belacan sembari makan di bagian saung lesehan he3x...

Sumber : mousiefood
nelayan restoran, laguna, sushi tei

Tidak ada komentar:

Posting Komentar