Selasa, 05 Oktober 2010

KAFE BARU DI LINGKUNGAN MUSEUM

Kafe yang menempati eks perpustakaan Kafe Fatahillah ini berdiri karena berubahnya pandangan tentang museum yang tak hanya sebagai obyek melainkan sebagai public service. "Perwujudannya lewat dibukanya kafe di sekitar museum," jelas Diny Damayanti, Marketing Kafe Museum. "Kafe ini dijadikan pendukung dari museum," lanjutnya.

Makanya tidak ada perubahan dekorasi sama sekali. Tak heran kalau kita masuk ke dalam Kafe Museum ini terasa masuk ke zaman kolonial saja. Apalagi ditambah pula dengan penataan interior foto-foto gubernur jenderal masa Belanda. Masih lagi kita akan disambut oleh waitress dan waiter yang berpakaian tempo doeloe, serasa kita pindah ke masa lampau. Masih didukung pula dengan pemilihan lagu-lagu klasik dan oldies. Hingga kemacetan di sekitar Glodok jadi terlupakan.

Tentunya suasana nyaman ini ditunjang pula dengan menu makanannya yang menggugah selera. Kalau kita ingin makanan yang tak terlalu berat coba pilih Douwes Triple Dekker Sandwich yang terdiri dari sandwich lapis daging asap, ayam, dan sayuran atau Pisang Goreng Kedjoe Njai Dasimah. Untuk penggemar sop buntut, ada menu khusus Fatahillah Fried Oxtail Soup. Bahkan disediakan pula es loli Baltic, lo. Dalam masa soft opening yang berjalan sejak Juli hingga Oktober 2000, menu yang disediakan masih terbatas. "Tapi menjelang grand opening 28 Oktober 2000 lalu, kita tiap minggu mulai menambahkan menu-menu baru," terang Iskandar Zulkarnaen, Chef Executive Kafe Museum.

Pemilihan menu di Kafe Museum tidak sembarangan, lo. "Kami memilih menu yang sesuai dengan lidah Indonesia dan keaslian resep. Bahkan Anda boleh tes para waiter dan waitress. Dalam nama-nama menu pasti ada sejarahnya. Misalnya Tomato Soup Ali Martak. Nama ini diambil dari nama orang Arab terkaya di Betawi. Kabarnya Ali Martak sangat gemar dengan sup tomat. "Kalau para pelayan tidak bisa jawab, bisa komplain," canda Rafei Tirtaatmadja, Finance Controller Kafe Museum.

Suasana kafe yang tenang ini banyak digemari para selebritis. "Salah satunya Mas Guruh (Soekarno Putra, Red.). Beliau selalu datang tiap malam Minggu bersama teman-temannya," kata Diny.

Selain untuk hangout, kafe yang buka jam 10.00 hingga 23.00 pada weekdays dan tutup 01.30 dini hari pada weekend ini terbuka bagi pengunjung yang ingin membuat resepsi pernikahan atau pesta-pesta. Biasanya acara resepsi atau pesta digelar di halaman belakang museum. "Jadi tidak hanya untuk makan dan pembicaraan bisnis saja, Kafe Museum juga melayani function," tutur Diny.

Sebagai sarana pendukung museum, tak heran kalau di hari Sabtu, Minggu, dan hari libur, Kafe Museum turut kewalahan melayani tamu. Rencana ke depan, bagi pengunjung Kafe Museum dengan pembelanjaan tertentu akan memperoleh tiket masuk gratis Museum Sejarah Jakarta. Asyik, kan?




Sumber     : makanenak
Lihat juga : the cafe, coffee bean, starbucks

Tidak ada komentar:

Posting Komentar