Minggu, 10 Oktober 2010

Buntut Duda Brengos ala Encim


Sore yang dingin. Hujan membasahi Jalan Wolter Monginsidi No. 1, Jakarta Selatan. Namun hawa yang sejuk membuat kenyamanan di restoran peranakan Meradelima semakin terasa. Terutama di ruang tunggu yang berada di salah satu pojok restoran itu. Ada kursi kayu dan meja jati panjang berwarna kelam sebagai tempat persinggahan sebelum tamu makan siang atau malam. Selain itu, ada seperangkat kursi dan meja model lawas.

Aksen Cina begitu kental di setiap sudut ruangan. Sebelum menuju ruangan ini, ada pintu besi kecil yang khas seperti di rumah-rumah orang peranakan Tionghoa tempo dulu.

Ada pula dinding penuh piring-piring keramik khas Cina serta lemari pakaian para encim kaya.

Plus rak-rak yang penuh dengan rantang kayu. "Itu untuk tempat hantaran makanan ke mertua," ujar Liny Adisubrata, salah satu dari enam pemilik resto peranakan ini.

Di dinding pun dipajang sederet kebaya encim dalam motif warna-warni. Selain itu, ada sarung padanannya. Dalam urusan makanan, sederet menu khas keluarga peranakan Tionghoa pun menjadi suguhan utama. Untuk menarik tamu, menu dibuat dalam nama-nama unik.

Dalam menu sup, ada buntut duda brengos, yang tak lain berupa sup buntut, yang dipatok seharga Rp 65 ribu. Ada pula pindang saudagaran, yakni pindang bandeng senilai Rp 47,5 ribu. Nama sajian yang cukup unik adalah pangsit kawin lari, dengan harga per porsi Rp 37,5 ribu. Menu minuman pun muncul dalam nama-nama menggelikan, seperti es tua-tua keladi, es mata keranjang, es Cina makan sirih, dan es nyiur melambai, yang rata-rata dibanderol Rp 20 ribu per gelas.

Meski belum lama hadir di pojok Monginsidi, Meradelima sebenarnya bukan resto baru. Awalnya, mereka membuka resto di Pondok Indah Plaza, kemudian pindah ke Jalan Wijaya, hingga akhirnya menemukan rumah tua berlantai dua yang menjadi pilihan saat ini. Meradelima menjadi salah satu restoran pilihan bagi penyuka sajian peranakan, selain ada Tiga Nyonya dan Dapur Babah.

Sejak di Pondok Indah, ada menu khas yang tetap dihadirkan di sini di samping sajian baru. Salah satu menu lawas yang dari dulu sampai sekarang tetap digandrungi adalah tahu bakar tangkiwutt. Menu itu paling pas disantap hangat-hangat. Tahunya yang lembut berpadu dengan kecap pedas. Bila dijadikan camilan, tetap sah-sah saja dipadu dengan nasi hangat serta ayam panggang gandaria ataupun mertua. Ayam panggang gandaria memiliki rasa asam, sedangkan untuk ayam panggang mertua, diberi nama demikian karena resepnya diperoleh dari mertua salah salah pemilik resto ini.

Meradelima juga menawarkan jenis mocktail seharga Rp 30 ribu. Ada Pionie Sea View campuran kiwi, leci, dan sirop leci nan segar. Bagi yang senang rasa asam, ada Sanjaya Punch paduan jambu merah, jeruk nipis, teh, dan sirop. Minuman yang membuat lidah berkerut itulah yang memikat Dita, 23 tahun, salah tamu. Melihat perpaduannya, ia merasa minuman itulah yang bisa dijadikan menu penutup untuk makan malamnya yang berlimpah. "Barangkali bisa menguras lemaknya," ucapnya sembari tersenyum. Untuk makan malam berdua dengan sepupunya itu, ia sedikitnya menghabiskan dana sekitar Rp 250 ribu.



Sumber     : tempointeraktif
Lihat juga : laguna, sushi tei, tamani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar