Petualangan kali ini kelanakuliner mengajak kolega, salah seorang kru inti dari Bengkel Kuliner. Sebagai sasaran kuliner, kami memilih Bebek Kaleyo Buaran. Pertama kali kami datang, kamis sudah disambut lumayan hangat. Namun sepertinya penghargaan mereka terhadap wartawan kuliner kurang begitu mewah.
Kenapa kurang mewah? Apa mungkin karena orang sekelas Bondan Winarno sudah pernah berkunjung ke cabang Bebek Kaleyo lainnya? Arggghhhh itu kan yang di Rawamangun. Nggak begitu juga deh kalo Bebek Kaleyo Buaran yang baru buka kurang dari satu tahun ini.
Memang masalah kualitas rasa bebek goreng yang saya pesan nggak perlu diragukan lagi. Seperti sebagian besar orang yang pernah mencobanya. Bebek Kaleyo memang maknyosssss! Malah ada yang meng-klaim Bebek Kaleyo Bukan Bebek Biasa (Hwalah? Hihihihihi...mosok seh??) Intinya keinginan saya untuk bertemu dengan sang pemilik yang biasanya meliburkan diri di hari Minggu ini karena waktunya ibadah, membuat saya harus mengatur ulang janji ketemu agar bisa mewawancarai mereka (kok mereka? Yah mungkin aja bisa wawancarai pasangan suami istri pemilik Bebek Kaleyo)
Sebagai gantinya dan nggak bikin gigit jari karena paling enggak itu buat bahan tulisan, saya mewawancarai sang supervisor Bebek Kaleyo Buaran. (Mestinya dia saya sebut manajer kale yah?) Paling nggak, dia menceritakan kenapa namanya Bebek Kaleyo. Kaleyo dimungkinkan adalah istilah dalam bahasa Jawa yang berarti LagiYah? (Atau Dua Yah... biasanya para pedagang makanan di Jawa tengah atau Jogja kalo menawarkan makanan selalu menggunakan kata ini untuk memancing pelanggan agar datang kembali. Kaleyo bisa juga berarti Kaleh yo? Dua kali ya? Atau Dua yah?)
Terlepas dari masalah namanya yang memang sudah begitu populer. Kelanakuliner melihat bahwa menu sajian bebek goreng di Kaleyo memang sangat komplit. Mungkin bumbu dari Sabang sampai Merauke ada kale? Kenapa gitu? Lihat saja sambelnya mulai dari sambel Tanah Abang sampai Sambel Rawa Bangke ada di Resto Bebek Kaleyo.
Pak Bondan sendiri bilang inilah rahasia suksesnya Bebek Kaleyo, yakni Produk, Produk dan Produk. Yang berarti kualitas rasa Bebek kaleyo memang belum ada duanya dibandingkan dengan sajian menu resto bebek sejenis. Termasuk masalah ramainya. RM Bebek Kaleyo yang baru buka di Buaran saja, sudah diserbu pengunjung dari kali pertama buka. (Gue seh kalo mau bikin Bebek Kaleyo ini gak rame juga bisa, entah kalo bikin rame... Kayaknya gak semua orang bisa seberuntung pengusaha RM Bebek Kaleyo).
Tapi yang bikin kelanakuliner kecewa adalah pelayanannya. Karena saat saya bayar di kasir, pesanan bebek goreng bumbu sambel dan gorengan isi jeroan pesanan saya (Rempela, Hati dan Usus) lupa nggak dimasukkan ke dalam bungkusan take away. Padahal sewaktu pemesanan untuk dibawa pulang sang supervisor sudah menanyakan, apa mau ditambah sate jeroan. Sepertinya karena kelalaian bagian dapur dan kasir untuk mencatat, pesanan yang saya bawa hanya bebek goreng bumbu aneka sambel minus jeroan goreng kesukaan kelanakuliner. Ah forget it.....! Belum rezeki gue kale!
Terlepas dari pelayanan Bebek Kaleyo Buaran (bon transaksinya masih gue simpen... heheheh itu kalo nggak ilang dari dompet), kualitas rasa sambel dan bebek gorengnya memang luar biasa. Serasa makan langsung di makanan khas Kartosuro Solo atau khas Jawa Timur (termasuk sensasi serasa kita melayang dan terbang ke Jogja saat makan bebek gorengnya... hihihi lebay banget gak seh bahasa gue? Hiperbolis aja kale?)
By the way, kolega gue, Bunga Lily mengomentari bahwa bebek gorengnya pas banget rasanya dengan sambel korek khas Kartosuro. Jadi inget sama bebek goreng dari Solo itu deh... hmmmmm bener juga, ketika saya menyuir potongan daging dan menyuapkannya ke dalam mulut lapar ini.... hmmmm ajiiiib rasantya memang ajaib! (Tapi nggak terlalu ajaib banget seperti yang lo kira lah). Kayaknya perlu diadu sama Bebek Bentu, yang ada di Cempaka Putih neh? Atau Bebek Ginyo yang ada di Tebet. Atau perlu nggak yah gue adu sama Bebek Midio sekaligus Bebek Ireng Cak Baz? Wah.... Kayaknya kelengkapan Bebek Kaleyo bisa sebanding dengan kesemua resto bebek itu dijadikan satu. Tapi masalah rasa, yah relatif sama lah! (Lah kalo nggak ada perbedaannya dan sama aja, lalu apa istimewanya ditulis di kelanakuliner? Pertanyaan yang nggak bisa gue jawab)
Intinya, masalah rasa oke lah sama dan nggak beda jauh dengan yang ada di resto-resto bebek lainnya, namun masalah kelengkapan bumbu sambel, mungkin sementara waktu ini Bebek Kaleyo yang berasal dari Jogja ini masih teratas. Nggak percaya... Periksa aja sendiri. Atau baca tulisan kelanakuliner tentang Bebek Bentu (bukan bebek Bentuman loh! Jelas beda).
Rekomendasi bintang? Yah paling cuma 3 bintang (***) nggak lebih dan gak kurang dari skala 5 bintang. Tapi memang patut dikunjungi serta dicoba!
*bukankelanakuliner
Tidak ada komentar:
Posting Komentar