Kamis, 07 Oktober 2010

Lezatnya Daging Imitasi


Sepintas berbagai hidangan yang disedikanan restoran vegetarian tidak berbeda dengan potongan daging pada umumnya. Semuanya nampak berlemak.

Simak menu yang tersedia di rumah makan vegetarian Karuna seperti sate kulit ayam, bebek kecap, kambing guling, rendang daging sapi, atau steak tuna. Tidak terbayang berapa berat lemak yang dapat menimbun di tubuh kita usai menyantap hidangan tersebut.

Meski sama persis, tapi kandungan kalori dalam makanan tersebut sangat rendah. Bahkan hampir tidak ada kalori yang bersarang di menu-menu lezat tersebut. Sebab potongan daging ini, terbuat dari gluten atau sari pati gandum serta kaki jamur.

Bisa disebut makanan tersebut sebagai panganan lemak imitasi. Namanya juga daging palsu, rasa daging jadi-jadian ini, jelas berbeda dengan rasa daging asli. Dengan kelihaian meramu bumbu, rasa daging palsu nyaris sama dengan daging ayam sungguhan.

"Semua makanan yang kami hidangkan, berbahan gluten, jamur, rumput hijau, dan sayuranan. Kami juga tidak menggunakan bawang dan MSG," jelas Nam Tjhiang, pemilik restoran vegetarian yang terletak di Jalan Depok 47 Semarang itu.

Memasaknya pun tidak sembarangan. Sebagian besar makanannya dimasak dengan menggunakan oven. Jika memerlukan kesan berminyak, dia hanya memanfaatkan "gongsoan" kacang-kacangan. "Banyak alasan orang memutuskan sebagai vegetarian. Tetapi tidak perlu khawatir, sebenarnya banyak tumbuhan yang dapat diolah menjadi panganan seperti daging. Meski imitasi, tetapi justru lebih sehat," paparnya.

Biang Penyakit
Dijelaskan Tjhiang, memakan daging seringkali menjadi biang penyakit manusia selama ini. Seperti penyakit lidah biru, ecoli, infeksi salmonella, flu burung, penyakit sapi gila, flu babi, listeriosis (keracunan bakteri makanan), keracunan kerang-kerangan, preeklampsia (hipertensi kehamilan), Infeksi kampilobakter (bakteri hewan), dan sebagainya.

Padahal, lanjutnya, kekhasan daging hanya terdapat pada teksturnya saja. Tidak dapat dipungkiri, kegurihan daging- dagingan ada pada cara pengolahan bumbu. "Lalu alasan apa lagi yang membuat kita tidak bisa berhenti, minimal mengurangi konsumsi daging?," ujarnya.

Itu sebabnya, sejak puluhan tahun dia memutuskan untuk bervegetarian dan menyebarkan gaya hidup sehat dengan membuka restorannya.

Mengkonsumsi daging, lanjut Tjhiang, juga sangat merugikan tubuh maupun lingkungan. Sebab, produksi daging dari sebuah peternakan telah menggunakan banyak air bersih, mengotori sebagian besar badan air, hingga terjadi penebangan paru-paru Bumi.

Akibatnya, peternakan mengonsumsi banyak sereal dan kedelai dunia. "Parahnya 80% penyebab pemanasan global sekarang ini adalah karena makan daging," kata dia.



Sumber     : suaramerdeka
Lihat juga : sushi tei, marzano,loewy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar