Rabu, 20 Oktober 2010

Apa Perbedaan yang Paling Menonjol dari Kuliner Turki?


DENGAN menyelenggarakan “Turkish Food Festival” atau festival masakan Turki di Satoo mulai 20 Oktober hingga 5 November 2010, Shangri-La Jakarta akan berbagi kemeriahan Hari Nasional Turki yang jatuh pada 29 Oktober.

Para tamu dapat menikmati keunikan cita rasa kuliner ala Turki yang dipersiapkan secara spesial oleh para Turkish guest chef. Dengan pengalaman di berbagai restoran ternama di berbagai restoran ternama di berbagai belahan dunia, para chef menghadirkan hidangan-hidangan khas Turki di open kitchen stations di Satoo selama festival berlangsung.

“Selamat datang di ‘Turkish Food Festival’. Kami mendatangkan 3 orang chef dari Turki. Kami memiliki ratusan kebudayaan. Dimana pada tahun 2010, Turki merupakan negara dimana entertainment berada. Masakan Turki merupakan salah satu hidangan terkaya di dunia, hasil interaksi dari beragam kebudayaan. Untuk event ini, kami miliki chef terhebat,” papar Mr Hakan Ozel, Resident Manager Shangri-La Jakarta saat konpres “Turkish Food Festival” di Indonesian Room, Hotel Shangri-La Jakarta, Senin (18/10/2010).

Para tamu dapat menstimulasi selera makan mereka dengan serangkaian hidangan pembuka berupa meze atau pilihan salad dan sayuran yang diolah menggunakan minyak zaitun. Di antaranya, Kisir (salad gandum tradisional Turki), Saksuka (sayur-sayuran Mediterenia yang digoreng kering dengan saus tomat homemade), Feslegenli Karides Salatasi (salad udang dengan rempah-rempah), Taze Kisnisli Ahtopot Salatasi (salad gurita dengan bumbu ketumbar), Sarimsakli Yogurtlu Kizartama (sayuran goreng dengan saus yoghurt) to Zeytinyagli Enginar (artichoke yang dimasak dengan minyak zaitun).

Membawa petualangan kuliner para tamu lebih jauh lagi, tersedia serangkaian hidangan atau dalam bahasa Turki disebut ana yemekler. Hidangan-hidangan tersebut antara lain, Adana Kebabi (sate baso tradisional), Izgara Kofte (baso panggang ala Turki), Kuzu Tandir ve Ic Pilav (tandori daging domba ala Turki dengan nasi pilaf kaya bumbu), Levrek Buglama (ikan sea bass kukus), Patlican Kebabi (kebab terung) dan Beyti Kebabi.

Untuk menutup rangkaian hidangan khas Turki, tersedia pula berbagai pilihan hidangan penutup ala Turki yang manis dan lembut atau dalam bahasa Turki disebut tathlar. Salah satu hidangan penutup khas Turki yang terkenal adalah Asure, atau dikenal juga dengan nama Puding Nuh (Noah’s Pudding) yang terbuat dari biji-bijian, buah-buahan dan kacang-kacangan. Nama hidangan tersebut diambil dari kisah mendaratnya bahtera Nabi Nuh, dimana keluarga Nabi Nuh merayakan peristiwa tersebut dengan hidangan khusus. Karena bahan makanan yang tersisa dalam bahtera hanya sedikit, hanya tersisa biji-bijian dan buah-buahan kering, bahan makanan tersebut diolah sedemikian rupa hingga menyerupai pudding.

Berbagai pilihan hidangan penutup lainnya antara lain adalah Sakizli Firin Sutlac (puding nasi yang dipanggang di dalam oven), Sekerpare (pastry lembut yang dipanggang dan dicelupkan ke dalam sirup kental), Cevizli Bal Kabagi Tatlisi (hidangan penutup yang terbuat dari labu), Pismaniye (floss halva) and Fistikli Baklava (hidangan tradisional berupaya pastry ala Turki dengan kacang pistachio atau walnut).

Lantas, apa perbedaan yang paling menonjol dari kuliner alat Turki?

“Pemilihan daging sangat diperhatikan sekali. Karena itulah yang membedakan cita rasa. Sedangkan masakan Indonesia memiliki beragam rasa pedas, makanan gorengan. Kebanyakan kuliner dari Turki menggunakan olive oil,” jelas Mr Mesut Kayjsoglu, Turkish National Executive Food dalam kesempatan yang sama.

Turkish Food Festival tersedia di Satoo pada jam makan siang dan makan malam dengan harga mulai dari Rp185.000++ per orang.
sumber : okefood

Tidak ada komentar:

Posting Komentar