Rabu, 22 September 2010

MENIKMATI GOI CUON, PHO BO DAN CA PHE SUA DA DI VIETOPIA JALAN CIKINI

Jika Anda adalah penggemar mie dan ingin mencicipi jenis masakan lain yang terbuat dari mie, atau ingin merasakan bahan makanan yang sering kita lihat namun disajikan dalam bentuk masakan lain, restoran Vietnam adalah tempat makan yang cocok untuk didatangi.

Sebagai wilayah yang secara geografis berdekatan dengan Cina, dan secara historis pernah dijajah oleh Negara Eropa (Perancis), banyak makanan Vietnam yang merupakan gabungan kuliner antara keduanya. Tidak heran kalau masakan Vietnam dapat dianggap memiliki ciri kuliner tersendiri

Di luar Vietnam, banyak restoran Vietnam bermunculan setelah kekalahan Vietnam Selatan pada tahun 1975. Pada saat itu banyak warga Vietnam yang mengungsi ke berbagai Negara. Di mana banyak warga Vietnam mengungsi, di situlah tumbuh restoran Vietnam. Di Jakarta, rasanya tidak banyak terdapat restoran makanan Vietnam. Apalagi yang dikelola oleh warga Vietnam. Akan tetapi, tidak perlu kuatir kualitas dan rasa masakan yang dihidangkan akan berbeda.

Goi Cuon - Vietopia

Vietopia adalah resto Vietnam yang minggu lalu saya kunjungi. Sebenarnya, saya pernah mencoba pho bo, mie kuah Vietnam, beberapa tahun lalu. Sekedar melakukan “penjelajahan” kuliner. Sayangnya, resto Vietnam yang pernah saya kunjungi ini sekarang sudah tidak ada lagi di tempatnya. Vietopia yang saya kunjungi pertama terlertak di ujung barat Jalan Cikini, tidak jauh dari Kantor Pos.

Dari menu yang disodorkan, saya pilih appetizer, main course dan kopi. Menurut bahasa Vietnam, saya pesan Goi Cuon, Guo Tien Tom Cua dan Ca Phe Dua Nong. Tidak usah bingung. Yang saya pesan adalah Lumpia Basah, Sup Mie Seafood dan Kopi Panas. Menu-menu ini saya anggap “mewakili” masakan Vietnam.

Sebuah piring persegi panjang berisi tiga Goi Cuon (baca, goi kuong), ditambah sepiring kecil saos tiram disajikan tidak lama setelah saya pesan. Sebagai petunjuk tentang isi di dalamnya, salah satu Goi Cuon dipotong melintang. Isinya adalah bihun rebus, telor dadar rebus, sedikit daging ayam cincang, dan udang rebus. Selain itu, ada daun lettuce, kocai dan daun ketumbar. Semua digulung dalam banh trang, kulit lumpia dari tepung beras, agak transparan sehingga nampak daging udang di dalamnya. Rasa Goi Cuon ini cenderung tawar, kecuali aroma dari daun ketumbar. Oleh karena itu, saos tiram adalah cocolan yang tepat untuk memberikan “rasa”. Sambil mencicipi Goi Cuon, saya nikmati lalu lintas Jalan Cikini yang cenderung sepi pada hari Sabtu.

Selain Goi Cuon, kita juga bisa menikmati Banh Cuon. Ini juga lumpia basah, hanya saja berisi bihun, daging ayam cincang dan jamur kuping. Kulitnya terbuat dari Banh Xeo, yaitu campuran tepung beras dan santan. Cocolannya terbuat dari cuka, air, gula, kecap ikan, bawang putih cincang dan cabe.

Cha Pe Sua Da - Vietopia

Belum habis tiga buah Goi Cuon, daaing Guo Tien Tom Cua yang saya pesan. Saya teringat sup Tom Yam. Dalam bahasa Vietnam dan Thailand, Tom berarti seafood. Walaupun dalam menu disebutkan bahwa sup mie seafood ini disajikan dalam mangkuk besar, saya tidak pesan “mangkuk standar”. Sekedar ingin tahu, sebesar apa sih? Ternyata, memang besar. Belakangan saya tahu, biasanya semangkok itu dimakan berdua. Dan wajar saya tidak bisa menghabiskannya.

Sebenarnya Guo Tien Tom Cua adalah variasi dari Pho Bo, kombinasi kuliner Vietnam (mie) dan Perancis (sup ringan). Kalau Pho Bo menggunakan irisan tipis daging sapi mentah, Guo Tien menggunakan daging udang, cumi dan ikan. Sebagai tambahan, disajikan taoge, daun ketumbar, irisan cabe hijau dan jeruk nipis. Campurkan semua sayuran tambahan itu dan santap selagi hangat. Rasanya, mmmm……

Tidak sanggup menghabiskan satu mankok besar Guo Tien, saya pilih berhenti dan menikmati Ca Phe Sua. Selepas makan siang, saya memang terbiasa minum kopi, agar aliran darah yang banyak turun ke bawah naik lagi ke kapala. Dalam bahasa sehari-hari, agar tidak mengantuk.

Jika anda adalah penikmat kopi, tidak salah pesan kopi ini. Disajikan dengan dripper di atas gelas, yang meneteskan air kopi ke gelas, aroma dan rasanya lain dari kopi kita. Saya sempat ditunjukkan bubuk kopinya. Terasa aroma agak kemanis-manisan. Rasanya, seperti campuran kopi dan mocca. Saya sengaja memberi gula sedikit saja, agar rasa kopinya tidak hilang. Sehabis menyantap banyak makanan, hangatnya kopi seperti memberi aliran darah baru, yang memaksa mata tetap terbuka.

Pho Bo - Vietopia

Selain di Jalan Cikini, Vietopia juga mempunyai cabang di Jalan Senopati. Dari ukuran ruangan, Vietopia Cikini lebih besar dari cabang di Senopati. Kira-kira dua kalinya, dibanding cabang Senopati yang bisa menampung sekitar 35 tamu sekaligus. Restoran ini buka dari jam 11.30 sampai 21.30 (last order), Senen sampai Jumat. Sabtu dan Minggu, buka hingga lebih malam. Soal rasa makanan di kedua cabang, sama persis.

Di Vietopia Senopati, saya cobain Goi Cuon (Lumpia Udang), Goi Tom Hap Dudu (Selada Pepaya Udang). Yang belakangan ini, rasanya segar. Gabungan antara papaya serut, daun selada, paprika dan udang, disiram saus vinegar, mmm….. Minumnya, Cha Pe Sua Da, alias es kopi susu



Sumber      : lautanindonesia
Lihat Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar