Selasa, 28 September 2010

Kesehatan Kita disusun Oleh Apa yang Kita Konsumsi

Kesehatan kita disusun oleh apa yang kita konsumsi. Melalui menu keluarga, kesehatan keluarga dibentuk. Oleh karena itu membiasakan menu keluarga setiap hari perlu diciptakan. Lalu, bagaimana baiknya mari kita membicarakannya di sini.

KESEHATAN itu ada di dapur rumah, bukan di restoran. Kalau anak lebih sering disajikan menu di luar rumah, sudah pasti mereka tak lagi menyukai tempe-tahu, sayur lodeh, atau sayur asam. Lidahnya sudah terbiasa oleh sosis, nugget atau burger.

Dominasi kesalahan menu
Angka penyakit yang meningkat seperti stroke, jantung koroner, dan penyakit metabolisme, bisa jadi karena menu hariannya didominasi menu yang tidak menyehatkan, sehingga menjadi hulu dari kebanyakan masalah kesehatan. Kelebihan daging berlemak menjadikan menu tak seimbang, yang dapat menyalahi kodrat tubuh.

Pilihan makan bisa keliru sejak usia kanak-kanak. Menu di luar rumah sering menyalahi kaidah menu seimbang, yang tiga-perlima (3/5) asupan kalori buat tubuh mestinya datang dari karbohidrat nasi, ubi, jagung, sagu, dan sisanya dari lauk pauk, namun bisa kebalikannya. Tiga-perlimanya dari daging berlemak, karbohidrat dan serat hanya sedikit saja. Amati menu bistik. Daging 2 ons, kentang dan wortel sedikit saja. Padahal tubuh membutuhkan yang sebaliknya, karbohidrat, sayuran dan bebuahan yang lebih banyak ketimbang lauk daging-dagingan.

Studi mengenai jahatnya kelebihan menu daging diungkap dalam buku ‘The China Study’. Di Cina secara umum genetik sama. Namun pada provinsi yang angka kankernya lebih tinggi, bukan lantaran faktor gen penyebabnya, melainkan berapa besar porsi konsumsi dagingnya. Disimpulkan bahwa kelebihan konsumsi daging berkorelasi dengan kejadian kanker.

Kini, banyak anak tak menyukai menu rumahnya sendiri. Mereka lebih memilih menu di luar rumah. Paling kurang ada tiga kerugian memilih bukan menu-rumah antara lain:

* Belum tentu terbuat dari bahan yang masih segar (fresh)
* Mengolahnya pun acap dengan panas tinggi,
* Tambahan zat aditif yang belum tentu aman dikonsumsi, misal MSG, pewarna, pemanis, pengenyal; bila mengkonsumsi berlebihan dapat membahyakan
Maka sebetulnya menu meja makan ibu masih tetap yang terbaik.

Menu meja makan ibu memilih bahan baku yang serba segar, mengolahnya tanpa aditif berbahaya, dan sesuai dengan selera rumah pula. Termasuk tidak terlampau asin, karena kelebihan garam identik dengan darah tinggi, tidak kelewat berlemak yang juga identik dengan penyebab sakit jantung koroner, selain tanpa bumbu penyedap yang bila terus menerus dan berlebihan dikonsumsi tidak menyehatkan.

Menciptakan selera meja makan ibu
Betul adanya kalau selera makan anak dibentuk oleh meja makan ibu. Itu sebabnya sejak kecil anak diperkenalkan pada segala jenis menu ibu di rumah sendiri. Hanya bila selera baik itu terbiasa dibentuk, kesehatan anaknya menjadi bagus.

Maka keliru bila selera anak terbentuk oleh yang serba manis, asin, berlemak layaknya menu siap saji, atau junk food, sebagaimana lazim terbentuk pada kebanyakan lidah anak sekarang. Dan itu sebetulnya petaka kesehatan.

Kalau sejak kecil anak tidak dibiasakan menyantap yang asin, menjadi tak nyaman bila mereka mendapatkan menu yang tidak asin. Kelebihan asin (Baca: garam dapur) yang menjadi biang keladi kenapa orang terkena darah tinggi. Bukan daging kambing penyebab darah tinggi, melainkan kelebihan menelan garam dapur.

Demikian pula bila anak menyukai yang serba manis dan berlemak, maka kalori yang diterima selalu melebihi yang dipakai tubuhnya. Kelebihan asupan kalori itu menjadikan anak cenderung kelebihan berat badan. Tak mudah mengubah selera makan anak yang telanjur lebih menyukai gorengan yang serba berminyak dan asin, selain yang manis-manis.

Bila anak dibiasakan memilih menu meja makan ibu saja, maka menjadi tidak nyaman kalau tidak makan dirumah. Anak terdidik memilih mana menu menyehatkan, dan mana menu tak sehat. Pedomannya sederhana. Semakin asin, berlemak/berminyak dan gurih suatu menu, umumnya tidak menyehatkan.

Anak juga perlu diajak berdiskusi bagaimana bijak memilih makanan. Tak hanya sekadar yang bikin kenyang belaka, terlebih penting apakah kenyangnya juga menyehatkan. Untuk itu menu tetap senantiasa yang seimbang. Karbohidrat terbanyak, sisanya untuk protein dan lemak secukupnya saja.

Untuk membentuk kebiasaan makan dan memilih menu yang menyehatkan, perlu dimulai sejak dini. Prinsipnya masih tetap, bahwa membentuk perilaku makan sehat masih lebih gampang ketimbang mengubahnya bila sudah telanjur terbentuk salah. Dan kunci dari itu semua ada di tangan ibu.***



Sumber     : sahabatnestle
Lihat juga :
laguna
sushi tei
tamani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar